Cerita2 dari Bali


Udah 2 hari ini ikutin konferensi linguistik di Denpasar, Bali. Overall sih baik2 aja. Gue presentasi Alhamdulillah ada yg ngedengerin (meskipun ada linguis antropolog yg kyknya rada ga setuju kenapa gue harus pake pendekatannya Anna Wierzbicka, dosen semantik yg sangat kukagumi itu). Semua orang baik. Meskipun gue tahu beberapa dari mereka, atau mungkin sebagian besar dari mereka nggak suka dengan kehadiran seorang aneh, berjilbab panjang, berpenampilan “nggak ada sophisticated2nya sama sekali” berkeliaran di Denpasar ngehadirin konferensi linguistik sekalian nemenin ibunya liburan.

Ya, gue ngerasain itu. Di sinilah sisi non-akademis gue muncul. Tapi hey, gue manusia, dan gue bisa ngerasain kalo orang nggak suka sama gue dan gue punya intuisi kenapa mereka nggak suka sama gue. Dan ini blog pribadi. Keberatan dengan yg non-imiah, enyahlah! LOL.

Tapi yang gue hargai dari orang2 yang tidak menyukai gue adalah, meskipun mereka tampangnya udah seolah2 “ah males deh, dia lagi, dia lagi,” tapi beberapa dari mereka masih menghargai gue. Ini yang gue hargai. Karena biasanya tipe orang yang nggak suka sama gue itu adalah tipe orang yang nggak gue suka. Jadi gue pun “memahami” perasaan mereka. Ya saling nggak suka. Tapi jangan sampai saling mengganggu satu sama lain lah.

Nah. Tapi yang gue nggak sukai adalah... org yg udah dia ga suka gue, gue ga suka dia karena dia ga suka gue, ditambah lagi dia nyari gara2 sama gue. Gara2 tahu nggak? Itu loh. Yang dulu pemeran utamanya Jimmy Gideon. *bodo amat, Rim*

Hari ini (eh, bukan deng kemaren. Sekarang udah 4 Juli lebih dari jam 00.00 WITA soalnya...) ada 2 kejadian nyebelin di mana ada org2 yg ga suka sama gue ngerendahin gue. Kejadian pertama menyangkut diri gue. Tp gue ga terlalu peduli. Gue udah keseringan direndahin orang, jadi udah biasa. Kejadian kedua menyangkut ibu gue. Nah di sini gue marah banget. Sampe gue mengeluarkan kata2 sakti dgn nada yang rada tinggi “That’s not the way you talk to your guest!” *jeng jeng jeng* *efek petir dan kilat*

Tapi habis itu orangnya minta maaf sih. Terus banyak orang jadi minta maaf. Terus gue malah jd diperlakukan berlebihan dan akhirnya gue kesel sendiri karena gue paling benci kalo jd pusat perhatian. Hanya karena satu kalimat itu (dan mungkin aura kekesalan gue yang tercium dari jarak jauh).

Emang gue paling benci kalo gue udah marah sih. Gue jarang marah. Tapi sekalinya marah, entah kenapa gue memberikan efek yang begitu luas.... Padahal sebenarnya gue marah ya karena ada hal yang udah nggak bisa ditolerir lagi. Masa gue nggak berhak marah sih? Gue juga sebenarnya nggak suka marah. Salah siapa yang bikin Gara-Gara? Hah? Hah? *narik kerah baju Jimmy Gideon* #tetep

Btw, sebagai penghiburan bagi gue, gue post dulu deh nih foto linguis keren yg 1 hotel sama gue (beda kamar tapi, tenang *ditabok*). Dia dulu dosen tamu di salah satu mata kuliah yg gue ambil di ANU. Penelitiannya udah banyak banget. Tahun 2011 aja rilis 9 publikasi. Fokusnya sih pada bahasa-bahasa di wilayah Oceania, Australia, dan Papua. Namanya Andrew Pawley. I’m glad I can see him again even though I believe that he would hardly remember me.... *heartbroken*




Nah itu dia... yang kanan pake baju ijo deket layar. Haha. Kecil ya gambarnya. Maap. Kalo depan bule, ga bisa foto2 sembarangan. Mereka ga terlalu intens hobi foto2nya dibanding org Indonesia. Kalo gue main asal foto dari dekat dan gue bukan seksi dokumentasi, malah jd nggak sopan. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

Melody Violine mengatakan...

asas profesionalisme akademis aja ya (bikin istilah sendiri)
suka ga suka, yang penting sharing ilmunya :D

Posting Komentar

say something :)