Sebaiknya Kau Tidak Memikirkan Pernikahan dengan Akal Sehat
Oleh: Rima Muryantina
Oleh: Rima Muryantina
Seekor babi hutan sedang frustrasi dan menyendiri.
Ia menepi ke sebuah telaga,
Bercengkrama dengan bayangannya sendiri,
Sehingga mungkin ia dapat menjadi sedikit lebih lega.
Ia menepi ke sebuah telaga,
Bercengkrama dengan bayangannya sendiri,
Sehingga mungkin ia dapat menjadi sedikit lebih lega.
Ia bertanya kepada sang bayangan,
Mengapa wajah babi hutan menyeramkan?
Mengapa warna babi hutan tak secerah awan?
Dan ia pun mempertanyakan,
Apakah benar di bumi yang penuh pertanyaan,
Terdapat sebuah entitas abstrak yang disebut keadilan.
Mengapa wajah babi hutan menyeramkan?
Mengapa warna babi hutan tak secerah awan?
Dan ia pun mempertanyakan,
Apakah benar di bumi yang penuh pertanyaan,
Terdapat sebuah entitas abstrak yang disebut keadilan.
Babi hutan juga mengeluhkan cara ia berjalan,
Yang selalu lurus, tak bisa berbelok,
Sehingga apabila ia ingin memangsa hewan-hewan kecil yang elok,
Hewan-hewan elok itu bisa dengan mudah menghindari babi hutan,
Dengan berjalan berbelok-belok,
Menyebabkan si babi hutan yang berjalan lurus jadi tertinggalkan.
Yang selalu lurus, tak bisa berbelok,
Sehingga apabila ia ingin memangsa hewan-hewan kecil yang elok,
Hewan-hewan elok itu bisa dengan mudah menghindari babi hutan,
Dengan berjalan berbelok-belok,
Menyebabkan si babi hutan yang berjalan lurus jadi tertinggalkan.
Si bayangan menjawab pertanyaan babi hutan,
Entah hanya menghibur, entah benar-benar memberi jawaban,
“Sebaiknya kau tidak memikirkan pernikahan dengan akal sehat,”
Ujarnya lagi, “Akal sehat hanyalah ranah bagi manusia yang sehat.”
Tambahnya lagi, “Makhluk seperti kita hanya perlu bersyukur, karena kita tidak perlu berbelok saat bertemu belokan.”
Entah hanya menghibur, entah benar-benar memberi jawaban,
“Sebaiknya kau tidak memikirkan pernikahan dengan akal sehat,”
Ujarnya lagi, “Akal sehat hanyalah ranah bagi manusia yang sehat.”
Tambahnya lagi, “Makhluk seperti kita hanya perlu bersyukur, karena kita tidak perlu berbelok saat bertemu belokan.”
Paragraf Tentang Ikan Salmon
oleh Rima Muryantina
oleh Rima Muryantina
Dalam paragraf yang ada,
Pada buku Kemahiran Membaca Tingkat Lima,
Adalah kisah tentang kehidupan ikan salmon raja,
Yang umurnya tidak seberjaya namanya.
Pada buku Kemahiran Membaca Tingkat Lima,
Adalah kisah tentang kehidupan ikan salmon raja,
Yang umurnya tidak seberjaya namanya.
Yang kuperhatikan dari paragraf tersebut,
Awalnya hanyalah urutan tahap dan gagasan utama,
Dan aku tidak terlalu sempat terkejut,
Dengan informasi-informasi tentang ikan salmon yang hidupnya tidak lama.
Awalnya hanyalah urutan tahap dan gagasan utama,
Dan aku tidak terlalu sempat terkejut,
Dengan informasi-informasi tentang ikan salmon yang hidupnya tidak lama.
Menurut paragraf itu, ikan salmon kecil sulit untuk bertahan,
Karena menjadi incaran hewan-hewan lain yang kelaparan.
Menurut paragraf itu, hanya sedikit ikan salmon yang mencapai lautan,
Karena banyak polusi dari perkotaan.
Karena menjadi incaran hewan-hewan lain yang kelaparan.
Menurut paragraf itu, hanya sedikit ikan salmon yang mencapai lautan,
Karena banyak polusi dari perkotaan.
Menurut paragraf itu, ketika ikan salmon dewasa sudah harus kembali ke perairan tawar,
Dan meninggalkan telur-telurnya di sana.
Menurut paragraf itu, setelah meninggalkan telurnya maka tidak ada tawar-menawar,
Bahwa setelah itu ikan salmon harus menciut dan berubah warna,
Dan berakhir untuk selamanya.
Dan meninggalkan telur-telurnya di sana.
Menurut paragraf itu, setelah meninggalkan telurnya maka tidak ada tawar-menawar,
Bahwa setelah itu ikan salmon harus menciut dan berubah warna,
Dan berakhir untuk selamanya.
Menurutku, paragraf itu menceritakan tentang aku.
Ode Kemanusiaan
oleh Rima Muryantina
oleh Rima Muryantina
Di dalam tubuhku ini tertidur seekor siluman
Saat ia bangun, aku tidak bisa mengendalikannya
Dia sering mengambil alih kesadaran
Dan aku tak bisa menahan apa yang kulakukan
Sampai aku siuman
Saat ia bangun, aku tidak bisa mengendalikannya
Dia sering mengambil alih kesadaran
Dan aku tak bisa menahan apa yang kulakukan
Sampai aku siuman
Aku ingin membunuh separuh dari diriku yang siluman ini
Tapi itu sama saja dengan membunuh diriku sendiri
Dan untuk melakukan itu, aku tidak cukup berani
Tapi itu sama saja dengan membunuh diriku sendiri
Dan untuk melakukan itu, aku tidak cukup berani
—————
2 Puisi Insomnia
oleh Rima Muryantina
oleh Rima Muryantina
Puisi I
Aku sudah membuang jauh-jauh impianku yang muluk, Tuhan
Bagiku, mimpi-mimpi itu tak berarti lagi.
Hidupku terlalu sempit dan nyaman,
Hidup merekalah yang terlalu luas,
Malam ini aku tidur tanpa alas,
Dan aku masih terbangun esok pagi.
Aku sudah membuang jauh-jauh impianku yang muluk, Tuhan
Bagiku, mimpi-mimpi itu tak berarti lagi.
Hidupku terlalu sempit dan nyaman,
Hidup merekalah yang terlalu luas,
Malam ini aku tidur tanpa alas,
Dan aku masih terbangun esok pagi.
Puisi II
Seorang yang tengah menua,
Membaca sebuah majalah remaja lama,
Di tengah keheningan malam.
Seorang yang tengah menua,
Membaca sebuah majalah remaja lama,
Di tengah keheningan malam.
Majalah itu bersampulkan gadis remaja,
Dengan senyum ceria dan penampilan bergaya.
Salah satu cerita pendek di dalamnya,
berkisah tentang seorang pemuda,
Yang mengiris seluruh kulit arinya.
Dengan senyum ceria dan penampilan bergaya.
Salah satu cerita pendek di dalamnya,
berkisah tentang seorang pemuda,
Yang mengiris seluruh kulit arinya.
1 comments:
puisi2 zaman S1 ya?
Ode Kemanusiaan, kalo gada baris terakhir malah jadi misterius
siluman dan ikan salmon serem >,<
apalagi baris terakhir yg iris kulit ari
Posting Komentar
say something :)